Testosteron Ke 29


angan burung dalam diriku
menjulang tinggi porak poranda
batas antara insomnia dan kadar testosteron 
ke dua puluh sembilan
panas, panas sayang
didih birahi ditabik angin lampau 
menimpa keras akar bakau
sela pengenalan diri bawa jelaga lari
ke rimba hutan menguar gang sempit penuh
bangkai tikus di jalan pulang menuju
ricik hujan bola matamu kala senja
enggan ke peraduan, ke perut kotor bumi
kemana kubuang arus lautMu
yang membusung lapar dinanar nanah
seolah yang hidup harus mati dan mati
tetap mati sayang
mohon jaga baik-baik syaraf ini,
aku takut tak sanggup memompa
beku darah di jantung dan keras kepalanya
hati meminum racun tiga kali sehari
petang yang meninggi, makin
cemas usia memendek, aku
kehilangan seluruh ucapan Semoga di
hari ulang tahunku, aku harap kau tetap
mau berpiknik nakal dalam gaung diriku,
sayang

2023, di sudut kamar

Filsufologi


Aku senang memikirkan perihal isi kepalamu
dengan kerumit-rumitannya, dengan
kesusu-susuannya, dengan keangker-angkerannya
Aku senang memikirkan perihal isi otakmu
dengan keterbelakangannya, dengan keluguannya,
dengan ketololannya
dan semua itu buatku bergembira durja, tiap hari
lekas pulang aku bawa luka diri terberantas kejam
Aku senang memikirkan perihal isi pikiranmu
dengan kebosan-bosanannya, dengan kemarah-
marahannya, dengan kekangen-kangenannya
Aku senang memikirkan perihal laku perbuatanmu
dengan keterasing-asingannya, dengan kekunyuk-
kunyukkannya, dengan kesanter-santerannya
dan semua itu nyaris membuatku jadi penyair
sekaligus filsuf sibuk merangkai bunga hitam
bagi akal sehat yang bobrok diserang air panas
2000 derajat celcius
Tapi aku senang memikirkan perihal isi kepalamu
yang sedikitpun tidak memikirkan apa yang kupikir
Tapi aku senang cericit bunga gandasturi meluang
ditingkap gembala pemurung yang kerjaannya
memulung nasib buruk umat manusia
Tapi aku senang memikirkan kau tidak menunggu
kabar tentangku, ini lebih seperti aku memiliki 
segumpal kangen yang dirasai sendiri, dijumpai 
sendiri, dicumbui sendiri
Aku senang tiba-tiba cermin di rumah berderak,
bergetar saat kusebut-sebut nama kau, sepi meng-
giringku menjadi nabi baru bagi agama sekarat
atau dewa chronos yang bebas memutarbalikkan
waktu, waktu kita?
Akhirnya aku kini menjadi apapun tentang semuanya
yang kau enggan pikirkan, tapi melulu kupikirkan
kau ingin aku jadi banyak? dewa, nabi, monster, 
gemericik air, atau babi hutan?
Aku senang memikirkan kau.

2023, di sudut kamar

Manusia Pantat


pantat berdiri di hadapan cermin
bertanya pada manusia :

haruskah posisiku di belakang ?
bukankah lebih berarti aku ketimbang bibir?

pantat habis ditelan akal sehat. kini ia gila.
sejam berlalu, pantat dan pikiran ruminansia
mematangkan semangkuk idealis
mengapa jika manusia menggoyang-goyangkanku
lantas erangan “nikmat” keluar dari lidah anjing mereka?
mengapa hanya tau iq, eq, esq, esek, kunang remang lampu
bukan fuck you ! fuck fuck me, baby ! why ?
show-show yeah, come on

2023

Silogisme Pantat


*Mayor;
Andai sebuah pantat ingin
menyeruput kuah cotto
Makassar, merubah
bibir jadi pantat ataupun
sebaliknya
Tentu saja sayang, cecap lidahku
tak kan terkurung dalam matriks
nyam-nyam hmm sedap,
nyam-nyam hmm sedap

*Minor;
Andai sebuah pantat ingin
memasukan determinan rasa
pedas, ia bertahan sewindu
sakit perut akibat overdosis
10 kg sambal merah
kontraposisi dari keaduhan
adalah oh seksi oh manja
invers matriks kesepian
paling aduhai berlelehan keluar
dari kuantor universal dirimu
oh konjungsi oh disjungsi
sibaklah kerling bulu mata ini

*Konklusi;
Sebuah pantat angslup ke dalam
peluk yang tak berimplikasi
dengan apapun
melingkar erat bersama
premis-premis kerinduan 
ujung lidah mencecap rasa amis
bagi himpunan kosong cintamu
yang tak manis

20223

Prosesi Membunuh Bayang


di paling tersudutnya wilayah pandang, 
kugapai setiap bekas langkah kakimu
barangkali tidak sedekat ini
waktu aku berjalan ke lintang barat dan bujur timur
mencari titik temu yang hampir lenyap 
di antara aku dan matahari dan bayangmu
mungkin aku yang harus kabur, kau cukup 
berdiam di situ lama sekali
biar sela bayanganku meringkus gambar diri 
yang memanjang di depan
biar sela bayanganku menjauh, menghindar
dari tiang lampu di pinggir jalan kian mengabur, 
sgala yang cair kian risik, penuh bisik, sepi dari rasuk
ia selalu mencari-cari pelajaran menggambar bentuk 
dan sekuat tenaga mengekalkan sebuah nama 
yang hanya mencintai huruf K dan B

2023

Tubuh yang Hilang


aku mengurung jiwaku
di luar jantung-hati
sisanya suara parau. mendalam. 
dan tengggelam

aku menyembunyikan namaku
di dalam tanah
yang berbaur di darahku
sungguh, tak kusangka, kau begitu
mengasihiku,
katamu," keraskan potongan tubuh itu,
hilangkan isi perut dan lemak, lalu kurung
dalam keranjang bambu dan biar
aku mengasapi selama mungkin"

aku menyembunyikan namaku
di dalam tanah, tapi tidak
membusuk padahal seminggu
sebelum obituariku kau pajang
di koran, telah kuternakan
sepuluh ribu cacing, apa daya
kasih sayangmu keburu mengendus
tak membiarkan siapa pun menguraiku,
sungguh, tak kusangka, kau begitu
mengasihiku
yang, kelewat sendiri
yang, kelewat sepi

2023

Setangkup Hujan


dalam setangkup hujan sungguh
tolol diriku, bayangkan kau
saat itu menghadap laut
desir ombak tak berbentuk, 
sekejap terukir sisi lainnya hancur
di keluasan waktu yang mati

hujan turun sepanjang malam
membasahi seluruh jalan pulang
yang pernah ada kau di setapaknya
bunga-bunga plastik rontok
satu per satu, menunggu tik tok
berdering dalam jiwa yang kesepian
hujan mengenakan topi jerami,
lipstik semburat jingga, dan selendang
pelangi berdiri di pinggir tiang listrik
berpayungkan senja ia mengambil
sebatang tebu, mencecap sari pati
gulana yang sejak tadi mengedip
ke redup lampu jalan
"hei, hei jalan kau licinkan tikungan itu"
tugaskan saja aku, menaburkan bunga
sedap malam
"kau hujan, serba galau, serba temaram,
serba gelisah, serba dihuru-hara pulanglah
ke dalam genangan-genangan sempit,
berkelok-kelok, tak bermuara, tersendat
dan akhirnya binasa"

2023